Celotehan Menginjak Umur Duapuluh
Sialnya dan lebih sialnya lagi, hidup memang menyebalkan begitu adanya.
Ketika kamu bangun dari tidur dan sadar sudah menginjak umur 20 thn rasanya tidak berbeda dengan bangun tidur pada umumnya, hanya saja yang berbeda adalah kamu bertambah tua dan kesialan hidup yang sebelum nya kebanyakan tersirat kini mulai muncul terang terangan di siang bolong. Umur 20 seperti menjadi sebuah alarm dimana hidup menjadi lebih rumit dan menyebalkan. Kita mulai melihat dunia dengan kacamata yg hanya mengenal kesialan, keterpurukan, kesedihan dan hal-hal negatif lain nya
perkara hidup menjadi seringkali berhubungan dengan uang bahkan tak jarang kulihat mimpi teman-teman ku pupus karena masalah finansial. Masalah pertemanan, percintaan dan pendidikan pun sama. sial nya aku pun begitu. Belum lagi tamu tak diundang seperti krisis paruh baya, krisis emosional dan tanggung jawab terhadap keluarga; lebih parah lagi bila kamu di posisi anak sulung yang tak boleh mengenal kegagalan dalam sekali jalan, dituntut sempurna dikiranya kami jelemaan dewa, apa!
yang paling sial dari semua itu adalah THR yg mulai dicoret dari kamus kehidupan dan kebutuhan yg mulai harus dipenuhi oleh usaha sendiri. Umur mungkin sudah dewasa namun bila dituntut untuk mandiri secara finansial, tidak semua org memiliki kapasitas yg sama di umur yg sama juga. Setelah kupikir lebih dalam. Nyatanya hidup sudah rumit dan menyebalkan sedari dulu, kitanya saja mungkin belum terlalu mengerti atau mungkin masih terlalu kecil. dan saat kita beranjak dewasa, hidup seakan meledak bersama perkara dan kesialan nya yang menyebalkan nya itu.
Aku rasa gak adil bila hanya menyebutkan hal-hal buruk nya saja, seenggak nya dibalik semua kesialan itu masih ada yang bisa kita syukuri.
Seperti betapa berharganya ketenangan.
Kepuasaan mendapatkan hal yang kita inginkan dari hasil jerih payah kita sendiri.
Mengejar mimpi ternyata menyenangkan walau pun melelahkan.
Satu piring berdua bersama yang tersayang ternyata gabikin senyum nya hilang, walau bikin hati kita gregetan gak karuan karena takut dia cemberut sepanjang jalan.
Meluangkan waktu untuk diri sendiri ternyata ga seburuk yang dipikirkan kok!
Berjualan atau bekerja pun gak seburuk yg dikeluhkan orang-orang juga! mereka gatau aja betapa seneng nya, klo kita dapet gaji dobel dibulan puasa atau melihat barang jualan laku keras, dan dompet jadi lebih tebal dari biasanya.
beli rokok pakai uang sendiri, ternyata bikin rasanya jadi lebih nikmat dari biasanya atau membelikan oleh oleh untuk keluarga tercinta, pakai uang gajian dan lihat respon mereka ternyata seru dan menyenangkan, walau bikin kepala berpikir berkali-kali buat ambil keputusan.
patungan untuk beli minuman beralkohol bareng temen-temen pun jadi lebih melegakan, karena gaperlu lagi pakai uang orang tua, walau ketika pagi kita jadi pusing, bukan karena sisa pengaruh alkohol namun isi dompet yg mendadak jadi sedikit.
Menjadi dewasa memang menyebalkan namun dilain sisi juga menyenangkan! Aku rasa itulah seni dalam hidup. sesekali gapapa lah kita mengeluh manusiawi kok asal jangan lupa aja untuk bersyukur karena kita masih memiliki kesempatan untuk bahagia.
Kita pun masih punya satu sama lain untuk saling beri semangat, kurasa cukup adil untuk menjadi dewasa. Jangan lupa juga untuk istirahat, ingat! kita manusia bukan jelemaan dewa. Selamat bermetafora kawan!