Percakapan dengan Seseorang dari Waktu yang Telah Lalu
Menapaki kehidupan yang penuh degan kesedihan dan perpisahan yang tak bisa dipungkiri. Semua ini adalah bagian dari kehidupan yang tak bisa dihindari.
Kalian bisa membaca tulisanku sambil mendengarkan musik Jazz milik Triosence, untuk membuat celotehanku terasa lebih hidup.
Aku ingin berbagi sebuah perbincangan dengan diriku saat 3 tahun yang lalu. Perbincangan ini mengantarkan ku pada mimpi dan kenangan yang telah lama aku kubur dalam-dalam, yang ternyata tidak menghilang setelah beberapa tahun berlalu dan terus bersemayam di dalam kepalaku hingga aku sadar pada detik ini bahwa mereka masih hidup di dalam sana.
Banyak hal yang rasanya menjadi berbeda ketika kamu berbincang dengan dirimu sendiri yang berasal dari latar waktu yang telah lalu.
Bertemu dengan diriku 3 tahun yang lalu, berbincang ini dan itu, saling merefleksikan perbedaan masing-masing, walau cuma 3 tahun, nyatanya banyak hal yang telah berubah sedemikian rupa sampai-sampai bisa bikin pangling kalau kami bukan orang yang sama.
Bertemu dengan diriku 3 tahun yang lalu, membuat hatiku senang meskipun banyak juga sedihnya. Aku melihat matanya dipenuhi harapan, badan kecilnya yang sigap menapaki terjalnya kehidupan, cinta yang selalu ada didalam genggaman tangannya, dan kebebasan yang ada nyatanya.
Kami saling melihat satu sama lain, dia mencoba mengenali segala perubahan-perubahan yang sudah terjadi, sedangkan aku melihat sebuah wujud yang belum mengenal rasa sakit.
Waktu begitu kejam mengubah semuanya. Mimpi-mimpi yang pernah dipegang erat setiap hendak beranjak tidur, teman teman yang pernah menemani kesana-kesini serta memiliki andil dalam pembentukan diri, gairah muda yang menggebu-gebu dan cinta monyet yang bikin hati gak karuan, semuanya hilang, musnah, dan .
Dia bertanya tentang apa saja yang sudah terjadi selama tiga tahun berlalu,
Tiga tahun bukan lah waktu yang singkat, bahkan untuk seorang manusia, tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk bisa belajar berjalan dan berbicara. Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk membiarkan cinta tumbuh dengan akar yang kuat. Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk berpetualang kesana kemari dan menangis karena perpisahan yang tak terelakan.
Aku pun menjawab dengan tegas,
Bagaimana pertemanan dengan kawan-kawan kita?
Tidak, mereka semua meninggalkanku dengan pengkhianatan yang paling hina.
Masih berpacaran dengan dia?
Tidak, aku memutuskannya satu tahun yang lalu, dan masih merasa tidak enak karena belum mengatakan yang sejujurnya.
Bagaimana dengan sahabat-sahabat kita?
Tidak, Semua sahabat kita pun pada akhirnya berpisah dan mengejar mimpi nya masing-masing, begitu juga dengan aku,
Tapi kami semua masih berhubungan baik dan sesekali meluangkan waktu luang bersama,
U, telah tumbuh menjadi wanita kuat dan memutuskan untuk bergelut di himpunan,
D, telah berhasil berkuliah di jurusan yang diinginkannya dan menjadi anak rantau yang mandiri,
A, akhirnya bisa menemukan cinta yang sempat dia cari kesana-kesini,
Dan Abang, akhirnya bisa menemukan pekerjaan yang baik untuknya,
Bagaimana dengan universitas yang kita inginkan?
Tidak, aku tidak berhasil masuk universitas yang kita inginkan, namun hebatnya aku berhasil masuk universitas yang selalu kita lewati setiap pagi,
Apakah kabar ibu baik-baik saja?
Tidak, ibu masih sakit
Apakah ayah sudah berubah?
Tidak, dia masih menjadi bajingan yang tidak peduli dengan anaknya, dan aku harus memerangi isu parental selama 24 jam penuh,
Apa hidup kita baik-baik saja?
Aku harus menghadapi krisis eksistensi dan krisis emosianal, dan itu semua melelahkan.
Setelah mendengar semua itu, hatinya tertegun dan ia menangis untuk waktu yang cukup lama, tergambar dengan jelas bahwa semua yang sangat dia impikan itu telah patah dan berubah menjadi abu. Wajar bila ia menangis, karena semua hal ini masih cukup berat untuk seorang anak SMA yang sedang menginjak tahun terakhirnya.
Hei, maaf bila sedikit mengecewakan, tapi aku juga berhasil membuat banyak teman diluar sana, aku juga berhasil mengumpulkan uang dari hasil mengerjakan tugas orang-orang, kadang ada juga yang salah mengira bahwa aku berkuliah di jurusan seni, aku juga gak lagi pecicilan dan emosian, lalu berhasil tumbuh menjadi pribadi yang tenang, aku juga berhasil membuat mini panggung puisi sebagai perayaan menginjak umur 20 tahun, namun perihal cinta aku masih harus berusaha lebih keras.
Setelah mendengar semua yang kukatakan itu, dia pun berhenti menangis lalu terdiam dan menatap langit, lalu menatapku sambil tersenyum, dan secara perlahan berubah menjadi sekumpulan cahaya kecil dengan warna kuning keemasan seperti warna lampu lawas yang dulu sering dipakai dirumah rumah saat masih kecil, menyatu dengan cahaya yang semburat di langit-langit.
Sebelum ia benar-benar menghilang, aku mendengar sepatah kata perpisahan darinya,
“Terima kasih telah berjuang selama ini.”
Aku pun kembali sendiri, duduk di kursi santai, menatap langit-langit sambil mendengarkan musik jazz kesayanganku.
“Terima kasih sudah mau mengerti.”
Tulisan ini aku dedikasikan sebagai penutup tahun 2021, selamat berefleksi atas semua yang terjadi.