Lahir dan Mati Dalam Tahun yang Terluka
Didedikasikan untuk tahun 2022 dan semua perjalanannya.
Tahun 2022, adalah waktu dimana aku mati berkali-kali dan tuhan tidak mengizinkanku untuk pergi dari bumi. Dalam satu tahun, kita tak pernah tau ada berapa banyak rasa sakit yang akan kita tangisi, berapa banyak orang yang akan pergi entah selamanya ataupun sementara, berapa banyak amarah yang akan kita hadapi, berapa banyak kebahagiaan yang akan kita rayakan, atau akankah kita tetap menjadi orang yang sama seperti awal tahun yang kita jejaki?
karena waktu membuat manusia berubah.
Satu tahun adalah waktu yang terlalu panjang untuk bisa diramalkan oleh manusia, itulah kenapa semua rahasia disimpan ketat-ketat oleh tuhan semata. Seringkali kita merasa asing dengan diri kita sendiri yang hidup pada masa waktu awal tahun, apakah sebenarnya terdapat 2 masa waktu pada satu waktu tahun, dimana kita yang berasal dari masa akhir tahun memang ditakdirkan untuk merasa asing dengan diri kita dari belahan waktu yang lalu?
Terlalu banyak peristiwa yang terjadi dan hal yang kulakukan ditahun yang singkat ini, sampai-sampai aku merasa bingung dan tak yakin, seakan-seakan hal-hal yang telah kulakukan itu seperti dilakukan oleh orang asing. Melihatnya tertawa, melihatnya melakukan penjelajahan, melihat semua pencapaiannya, seperti bukan diriku saja. Apakah sebenarnya diriku yang itu sudah mati dan jiwanya digantikan oleh diriku yang sekarang, bukankah bila begitu aku juga akan melewati hal yang serupa? mati dan tergantikan.
Satu tahun ini, aku melakukan banyak, mendapatkan banyak, melewati banyak, kehilangan banyak, banyak-banyak hingga sakit untuk mengingatnya.
2022 adalah waktu dimana aku dihadapkan pada kekurangan dan kelemahan yang aku sembunyikan selama ini, belajar untuk hidup dengannya, belajar untuk menyembuhkan sakitnya, dan belajar untuk menerima ketidaksempurnaannya.
Waktu yang cukup panjang untuk menyalahkan diri sendiri.
Februari adalah bulan dimana aku mendapatkan waktu dan keberanian untuk melakukan pelancongan sendirian. Pergi ke jogja selama 6 hari dan mendapatkan kesempatan selama 4 hari untuk berpetualang sendirian, aku kembali berkenalan dengan kesendirian, dimana rasa menyiksa yang belum pernah aku rasakan, rasa takut yang begitu besar hingga rasanya tak mungkin untuk aku kalahkan, hingga akhirnya aku dihadapkan pada rusaknya peradaban manusia, dimana makna sebuah kehidupan melulu ditentukan oleh sejumlah uang. Bukankah menjalani hidup itu sendiri sudah meberikan makna yang cukup untuk kita semua? (kisah lengkap dari perjalananku di jogja bisa kalian baca di utas ini “https://melancholicboy.medium.com/februari-dan-petualangan-didalamnya-449fd4b79e4”)
konsistensi yang telah kulakukan dalam menulis dan membaca puisi, akhirnya mengantarkanku pada panggung sastra dimana ada banyak penyair-penyair hebat didalamnya. Hal ini memberikanku rasa gembira dan takut dalam waktu yang satu, karena tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini, tapi dilain sisi terdapat kemungkinan hancur yang cukup besar hanya karena satu kesalahan kecil yang mungkin saja terjadi dalam pembacaan ku di panggung itu. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang yang tidak jauh dari umurku dan lebih hebat dalam membaca puisi tapi mau membagikan kiat-kiat untuk dapat membaca lebih baik kepadaku. Aku belajar bahwa takdir tidak akan pernah ada manusia yang dapat merubahnya, walaupun telah berusaha sekeras apapun. Pembacaan puisi yang kulakukan di panggung itu adalah pembacaan terburuk sepanjang perjalanan aku berpuisi, ada waktu aku ingin mati dibuatnya. Siapa yang tidak mungkin jatuh saat dihadapkan oleh kelemahan-kelemahan atas apa yang terjadi dipanggung itu? mungkin masih menjadi waktu yang sangat panjang untuk bisa berdiri beriringan dengan mereka semua, dan sekarang bukanlah waktu untuk berhenti mencoba.
Semua orang pasti akan ditinggal mati, tak terkecuali siapapun, dan sekarang adalah giliranku. Bulan juli mengantarkan luka paling mendalam yang pernah aku dapati; Ibu meninggal pada hari yang sama saat ia dilahirkan, 5 juli menjadi awal dimana semua tidak akan pernah sama lagi. Menghadapi sebuah kematian, tidak akan ada manusia yang bisa terbiasa, karena sekolah tidak pernah mengajarkan kita untuk menghadapinya. kita belajar menghadapinya dengan merasakannya. (kalian bisa membaca kisah lengkap dari kehilangan dari utas ini “https://melancholicboy.medium.com/selepas-ibu-tiada-74b5d941b70c”)
Aku akan terus mencintaimu Ibu, hingga waktu yang tak pernah tuhan ketahui.
Agustus. Semesta lagi-lagi mengantarkanku pada kesempatan yang tak pernah aku bayangkan, untuk seorang yang cinta dengan film, jadi pengalaman yang menyenangkan untuk bisa menjadi aktor, walaupun hanya untuk film pendek kecil-kecilan. Aku melihat bagaimana sebuah film diproduksi, dan buatku sangat keren atas semua yang kulihat, nyatanya walaupun hanya untuk sebuah film pendek kecil-kecil, tapi apa-apa yang mereka semua gunakan bukanlah hal main-main. Ketika kutanya akan diapakan film ini nanti, mereka semua yang kutanya menjawab dengan satu jawaban yang sama, “Untuk Festival”. Aku pun jadi ngerti bahwa pekerjaan menjadi aktor film itu sangat menguntungkan, bagaimana tidak? Hanya dengan berakting saja, pekerjaan kita dibayar, makan kita ditanggung, kostum telah disiapkan, dan kita hanya perlu diam untuk di rias, menghidupi skrip yang diberikan, dan berakting, walaupun ada tidak enaknya saat kita perlu untuk melakukan rekaman hingga tengah malam, tapi bukankah itu semua hal yang menguntungkan untuk dikejar? Terlebih bila kita memang memiliki kemampuan untuk berakting. Namun sayangnya film ini gagal untuk diselesaikan, gagal untuk diikutsertakan kedalam festival, gagal untuk dibagikan kesemua orang, karena masalah internal yang terjadi didalamnya. Aku percaya bahwa tidak ada hal baik yang sia-sia, bahkan untuk sesuatu yang tidak terselesaikan.
Penghujung tahun 2022, menjadi waktu yang melelahkan, hingga akhir waktu tahun tersebut rasa lelah ini tidak kunjung selesai. Aku kembali berurusan dengan ketidaksempurnaan yang aku miliki, dengan pengkhianatan yang kembali terjadi, dan tanggung jawab dari kapabilitas berpikir lebih tajam yang aku miliki. Niscaya hal baik ada untuk melahirkan hal buruk, dan hal buruk ada untuk melahirkan hal baik. Dan atas semua kesialan yang juga terjadi, aku lagi-lagi menyalahkan diriku, mungkin saja bila aku tidak pernah ada, akan lebih banyak hal baik yang terjadi disana. Atau haruskah aku hilang saja dari bumi ini?
Hal baik dan buruk akan terus terjadi sampai kapanpun, begitu juga dengan bahagia dan air mata, ataupun kehilangan dan kehilangan. Pada akhirnya yang tersisanya hanyalah samapai sejauh apa kita mampu melangkah.
Semoga aku tidak lagi mempertanyakan keberhagaan diriku dalam hidup. walupun itu tidak mungkin.